Jakarta, kalduikan Indonesia
—
PT
Pertamina
(Persero) memastikan tidak ada
monopoli
dalam penjualan bahan bakar minyak (
BBM
) di Indonesia di tengah kekosongan stok bahan bakar di SPBU Shell dan BP-AKR.
Direktur utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius mengatakan Kementerian ESDM sudah memberikan jatah impor sesuai kebutuhan masing-masing perusahaan.
“Ada yang sempat (bilang) seolah-olah ada monopoli. Tidak, tidak ada sama sekali monopoli. Jadi Kementerian ESDM, BPH Migas semua tentunya memberikan kuota impor sesuai dengan kebutuhan pada saat itu,” ujar Simon ditemui di Gedung DPR RI, Kamis (11/9).
Menurutnya, kuota yang diberikan oleh Kementerian ESDM juga mempertimbangkan kebutuhan dan permintaan yang diajukan oleh perusahaan, termasuk SPBU swasta.
“Tentunya kalau kita lihat juga, kita cek saat ini untuk yang swasta itu alokasinya juga sudah sesuai dengan permintaan. Begitu juga Pertamina,” imbuhnya.
Terkait dengan arahan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia agar SPBU swasta membeli BBM ke Pertamina, Simon menyebutkan saat ini masih dalam koordinasi. Pihaknya akan melihat apakah stok yang dimiliki perseroan bisa disalurkan untuk menambal kekosongan stok di SPBU Shell dan BP-AKR.
Namun, ia memastikan stok BBM Pertamina masih sangat cukup melayani konsumen sampai akhir tahun.
“Stok Pertamina tentunya masih cukup ya sampai akhir tahun. Tapi ya kita sambil lihat lagi keadaan (untuk menjual ke BP AKR dan Shell),” pungkasnya.
Kemarin (10/9), Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung didampingi oleh Dirjen Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman telah memanggil para pimpinan SPBU swasta ke kantornya.
Dalam pertemuan ini, ESDM meminta data penjualan BBM Shell dan BP-AKR yang nantinya akan digunakan untuk menghitung kekurangan pasokannya. Setelah dihitung berapa kebutuhan tambahan, maka data itu akan disampaikan ke PT Pertamina (Persero).
“Jangka pendek kita minta data dari seluruh badan usaha mengenai keperluannya berapa dan masukannya seperti apa aspek tersebut, lalu akan kami olah lagi,” ujar Laode usai bertemu dengan perwakilan BP-AKR dan Shell Indonesia di Kementerian ESDM, Rabu (10/9).
Menurut Laode, data kekurangan pasokan BBM SPBU swasta diberikan ke Pertamina untuk melihat apakah stok yang mereka miliki bisa menambal kekurangan Shell dan BP-AKR. Apabila stok Pertamina cukup, maka akan langsung ditawarkan untuk dibeli.
“Karena data dari swasta belum kami terima, masih menunggu dat, lalu mereka setuju atau tidak dengan solusi yang kita tawarkan (beli dari Pertamina),” jelasnya.
Namun, apabila misalnya stok Pertamina tidak cukup untuk menambal kekurangan stok SPBU swasta, maka opsi impor terbuka lebar. Kendati, pengajuan tambahan impor hanya bisa satu pintu melalui Pertamina.
“Kan gini, ada tambahannya (permintaan) dari SPBU swasta. Kami tugaskan Pertamina (impor) satu pintu. Kami minta data (kebutuhan BBM SPBU swasta)-nya. Begitu dapat data, kami kasih tau Pertamina-nya. Kata Pertamina, ‘Oh ternyata perlu tambahan nih Pak’, kami harus impor tambahan berarti ini,” terangnya.
[Gambas:Video kalduikan]
(ldy/pta)
Baca lagi: US Demo Pro-Palestinian residents in front of the restaurant where Trump eats
Baca lagi: Pertamina Targetkan Kilang Minyak Terbesar RI Beroperasi November 2025
Baca lagi: Sule Angkat Bicara Setelah Ramai Dikabarkan Sakit