Daftar Isi
Jakarta, kalduikan Indonesia
—
Anak
bungsu sering dipandang sebagai pribadi yang riang, suka bersenang-senang, dan kurang bertanggung jawab. Benarkah demikian? Apa sebenarnya yang dirasakan si bungsu?
Karakter anak bungsu kerap ditabrakkan dengan karakter anak sulung yang kerap dianggap sangat bertanggung jawab.
Padahal, memetakan karakter anak sulung dan bungsu tidak sesederhana itu.
“Memikirkan kaitan antara urutan kelahiran atau peran kita dalam keluarga tak sesederhana itu. Ada faktor-faktor berlapis [yang memengaruhinya],” ujar Jose Muldrew, psikolog sekaligus pendiri The Looking Glass di Georgia, Amerika Serikat (AS).
Karakter kurang bertanggung jawab pada anak bungsu, utamanya laki-laki, diduga muncul karena peran kakak atau anak terdahulu yang selalu ikut campur dalam menyelesaikan masalah.
“Tapi ada faktor lain juga. Ekspektasi gender, praktik budaya, dan gaya pengasuhan ikut berperan,” tambah Muldrew, melansir
Huffington Post
.
Kesemua hal tersebut, lanjut Muldrew, membentuk kepribadian, tingkat tanggung jawab seseorang, dan tekanan yang boleh jadi dihadapi anak bungsu.
Berikut setidaknya beberapa hal yang sering dialami anak bungsu, utamanya laki-laki.
1. Sering membandingkan dirinya dengan kakaknya
Anak bungsu memiliki tekanan untuk hidup setara dengan kakak-kakaknya. Akibatnya, anak bungsu kerap membandingkan dirinya sendiri dengan sosok kakak yang lebih tua.
Sayangnya, psikolog Sean Burns mengatakan, hal tersebut justru sering kali membuat si bungsu terjebak tak bisa melakukan apa-apa.
”
Self-talk
[tentang membandingkan diri sendiri dengan kakak] justru dapat membuat mereka terjebak dan tidak melakukan apa pun,” ujar Burns.
Anak bungsu juga kerap mencari cara untuk lebih menonjol dari kakak-kakaknya. Hal ini terutama berlaku jika orang tua ikut membanding-bandingkan mereka.
2. Punya masalah kepercayaan diri
Minimnya kepercayaan diri pada anak bungsu umumnya muncul karena sosok kakak yang terlalu banyak berperan. Contoh, jika si bungsu bermasalah, maka kakak akan ikut campur menangani masalah tersebut.
Dukungan dari keluarga, utamanya kakak, sebenarnya merupakan hal yang baik. Namun, jika terus menerus dilakukan, maka dukungan itu akan berbalik jadi menurunkan tingkat kepercayaan diri si bungsu dalam menghadapi masalah.
Kebiasaan tersebut akan membuat si bungsu terbiasa dengan bantuan orang lain. Akibatnya, mereka justru jadi kesulitan mencari jalan keluar saat menghadapi masalah.
3. Sering dianggap lebih bebas
Anak tertua alias sulung selalu dianggap punya beban tanggung jawab untuk keluarga yang lebih besar. Sebaliknya, si bungsu selalu terkesan bebas dari tanggung jawab untuk keluarga.
“Ini mungkin berarti anak bungsu memiliki lebih banyak waktu untuk bermain atau mengeksplorasi kreativitas mereka,” ujar Muldrew.
Hanya saja, ketiga hal di atas tak bisa dipukul rata. Karakter anak bungsu dan sulung tak serta merta sama pada setiap keluarga. Banyak faktor yang memengaruhi, termasuk pola asuh keluarga.
(asr)
Baca lagi: 10 Negara Tolak Palestina Merdeka di Majelis Umum PBB, Ada Tetangga RI
Baca lagi: Penampakan Immersive Tunnel Fancy Luna Maya-Maxime di Resepsi Jakarta
Baca lagi: FOTO: Kehidupan di Nepal Kembali Normal Usai Dilanda Kekacauan