Candi menjadi salah satu bukti nyata dari pengaruh agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Nusantara. Candi bukan hanya sekadar bangunan, tetapi juga menyimpan makna spiritual, estetika, dan sejarah yang mendalam. Beberapa kerajaan besar seperti Mataram Kuno, Majapahit, dan Sriwijaya telah meninggalkan jejak berupa candi dengan ciri khas masing-masing. Di artikel ini, kita akan membahas perbedaan mendasar antara candi Hindu dan Buddha dari berbagai aspek, termasuk struktur bangunan, relief, fungsi, dan simbolisme yang terkandung di dalamnya.
Candi Hindu dan Buddha memiliki perbedaan mendasar dalam hal bentuk dan arsitektur. Candi Hindu umumnya memiliki bentuk ramping dan tinggi dengan struktur yang menjulang ke atas. Contoh yang terkenal adalah Candi Prambanan, yang memiliki puncak berbentuk ratna atau amalaka, melambangkan tempat tinggal para dewa di alam atas. Sementara itu, candi Buddha lebih lebar dan masif, seperti Candi Borobudur, dengan puncak berbentuk stupa yang merepresentasikan pencerahan.
Candi Hindu biasanya dipenuhi dengan arca dewa-dewi seperti Dewa Siwa, Wisnu, Brahma, serta Ganesha dan Dewi Durga. Arca-arca ini melambangkan kekuatan dan kebijaksanaan dalam ajaran Hindu. Di sisi lain, candi Buddha menampilkan patung-patung Buddha dalam berbagai posisi, seperti Buddha Dyani dan Bodhisattva. Patung-patung ini menggambarkan kesederhanaan dan jalan menuju pencerahan.
Perbedaan mencolok juga tampak pada relief yang terpahat di dinding candi. Pada candi Hindu, relief banyak bercerita tentang kisah epik seperti *Ramayana* dan *Mahabharata*, yang penuh dengan petualangan, peperangan, dan nilai moral. Contoh relief ini dapat ditemukan di Candi Prambanan.
Sementara itu, relief pada candi Buddha berfokus pada cerita kehidupan Buddha dan ajaran-ajarannya. Kisah seperti *Jataka* dan *Lalitavistara* menggambarkan perjalanan Buddha menuju pencerahan. Relief di Candi Borobudur, misalnya, menggambarkan perjalanan spiritual manusia dalam mencapai kebahagiaan dan meninggalkan dunia material.
Candi Hindu dan Buddha dibangun dengan tujuan yang berbeda. Candi Hindu sering kali difungsikan sebagai tempat pemujaan para dewa sekaligus makam bagi raja dan tokoh penting. Contoh candi yang berfungsi sebagai makam adalah Candi Penataran dan Candi Gedongsongo. Selain itu, candi Hindu juga menjadi pusat kegiatan ritual dan upacara keagamaan.
Sebaliknya, candi Buddha memiliki fungsi utama sebagai tempat ibadah dan meditasi. Candi seperti Borobudur dan Mendut digunakan oleh umat Buddha untuk melakukan meditasi dan ritual keagamaan. Selain itu, stupa pada candi Buddha juga berfungsi sebagai simbol perenungan dan pengingat ajaran Buddha.
Setiap elemen dalam candi Hindu dan Buddha memiliki makna simbolis yang mendalam. Puncak candi Hindu yang berbentuk ratna melambangkan hubungan antara dunia manusia dan alam para dewa. Sedangkan stupa di candi Buddha menggambarkan perjalanan menuju pencerahan. Selain itu, orientasi bangunan candi juga memiliki makna khusus; candi Hindu umumnya menghadap ke timur, sementara candi Buddha sering menghadap ke barat atau utara.
Perbedaan antara candi Hindu dan Buddha mencerminkan perbedaan dalam ajaran, fungsi, dan tujuan spiritual dari kedua agama tersebut. Candi Hindu lebih berfokus pada pemujaan dewa-dewi dan penghormatan terhadap leluhur, sedangkan candi Buddha menekankan pada meditasi dan pencapaian pencerahan. Kedua jenis candi ini tidak hanya menjadi warisan sejarah, tetapi juga menjadi simbol toleransi dan akulturasi budaya di Indonesia.
Dengan memahami perbedaan antara candi Hindu dan Buddha, kita bisa lebih menghargai nilai-nilai yang diwariskan oleh leluhur dan menjaga kekayaan budaya yang telah membentuk identitas bangsa Indonesia hingga saat ini.
Baca Juga: Suhu AC 25 Derajat Panas atau Dingin? Simak Penjelasannya!
Baca Juga: Mengapa Ada Bunyi Keras dan Pelan? Simak Penjelasannya!