Jakarta, kalduikan Indonesia
—
Badan SAR Nasional (Basarnas) tidak bisa menggunakan alat berat untuk mengevakuasi korban yang tertimpa bangunan
Musala
di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran,
Sidoarjo
, Jawa Timur.
Kepala Sub Direktorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia Basarnas, Emi Freezer, mengatakan ada dampak lanjutan apabila alat berat digunakan.
“Kenapa alat berat tidak bisa kami optimalkan? Seperti Pak Mudji (Mudji Irmawan) di sini adalah civil engineer dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya), beliau sudah membawa peralatan dengan
lifting capacity
kurang lebih kemampuannya adalah 30 ton. Kemudian pada saat kita posisi untuk mengangkat beban pada akses A1 untuk membuat celah agar bisa bekerja lebih maksimal, namun ternyata memberikan dampak pada sisi reruntuhan yang ada bersambungan dengan gedung yang ada di depan,” ujar Emi dalam konferensi pers, Rabu (1/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emi menjelaskan reruntuhan gedung itu dibagi menjadi tiga sektor atau zona. Sektor pertama ialah A1 yang berada di bagian depan, sektor kedua atau A2 berada di bagian belakang, sedangkan sektor A3 terletak di bagian atas reruntuhan.
Emi mengatakan gedung yang ambruk tersebut akibat kegagalan konstruksi. Kata dia, sebanyak 11 korban sudah berhasil dievakuasi dari tiga sektor yakni A1, A2, dan A3 (
top floor
).
“Top floor sudah klir, tinggal A1 dari arah jalan masuk itu adalah akses terdekat untuk masuk ke kolom sebelah,” imbuhnya.
Berdasarkan kesulitan yang dihadapi di lapangan, dia menuturkan target utama yang hendak dikerjakan SAR gabungan adalah menyisir titik-titik yang tidak bisa diakses langsung. Setidaknya terdapat 6 titik yang belum bisa dijangkau tim penyelamat.
“Kami mohon izin diberikan keleluasaan menyelamatkan korban yang masih memberikan respons. Saat ini di A1 ada 1 korban yang masih berusaha memberikan respons secara langsung dan kami sedang membuat tunnel di bawahnya untuk memberikan kesempatan pembebasan korban karena dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali karena berada di bawah himpitan,” ungkapnya.
Dalam waktu golden time atau rentang waktu kritis 72 jam, tim penyelamat melakukan pendekatan secara aman. Sebab, apabila dilakukan penetrasi langsung terhadap kolom utama akan mengubah konstruksi atau susunan.
“Informasi hasil analisis dari ITS ini semua sudah kegagalan struktur. Struktur penyangga semua
totally collapse
atau gagal total untuk memberikan sanggahan. Ini kalau diintervensi sedikit saja akan mengubah pola runtuhan dan rembetannya ke semua sektor yang terhubung dengan bangunan tersebut,” tandasnya.
(ryn/dal)
[Gambas:Video kalduikan]
Baca lagi: Yaffa, the Beautiful Palestinian port city of Israel’s disappearance
Baca lagi: Media Asing Soroti Musala Ponpes Sidoarjo Ambruk, 91 Orang Tertimbun
Baca lagi: Daihatsu Rocky Hybrid 47.8 km per liter Daihatsu BBM test