Jakarta, kalduikan Indonesia
—
Aliansi Ibu Indonesia mendesak aparat agar membebaskan seluruh pelajar yang masih ditahan dan berhenti melakukan tindakan represif dalam penanganan demonstrasi.
Hal itu mereka sampaikan bersama-sama dalam aksi damai di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Rabu (10/9) malam.
Aksi itu diawali teatrikal menyalakan 1.000 lilin untuk mengenang korban yang meninggal dalam demonstrasi bergelombang yang dilakukan di sejumlah kota di Indonesia, termasuk Jakarta, pada Agustus hingga awal September ini.
Aksi tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyampaian orasi hingga pembacaan puisi secara bergantian oleh para peserta. Selain itu para peserta juga menandatangani Seruan Ibu Indonesia.
Perwakilan Aliansi, Nada Arini mengatakan aksi damai itu dilakukan sebagai bentuk keresahan dari kelompok Ibu di Indonesia terhadap situasi yang terjadi saat ini.
“lbu Pertiwi kita tengah berduka. Semua duka itu akibat kebijakan Pemerintah dan DPR yang menguntungkan elite dan memicu ketidakadilan sosial politik,” ujarnya kepada wartawan.
Nada mengatakan pihaknya juga mengutuk keras sikap negara dan para wakil rakyat yang dinilai tidak memperdulikan pelbagai protes dari masyarakat.
Alih-alih mendengarkan, kata dia, suara protes itu justru dibalas dengan kekerasan hingga berujung penangkapan para pelajar oleh aparat negara.
“Kami berani karena kami sadar ada nasib dan masa depan anak-anak kami yang dipertaruhkan. Di tengah kekacauan ini, kami para ibu tidak bisa tinggal diam,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Aliansi mendesak agar Kepolisian dapat membebaskan seluruh mahasiswa, pelajar ataupun aktivis yang masih ditahan terkait unjuk rasa.
Selain itu, mereka juga meminta agar praktik kekerasan dan represif terhadap massa aksi tidak lagi dilakukan. Terlebih kepada pelajar yang melakukan aksi unjuk rasa.
Aliansi Ibu Indonesia juga mendorong agar program yang memiliki anggaran jumbo seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk ditunda. Mereka mendesak agar anggaran itu dapat dialihkan kepada sektor-sektor yang mendesak seperti pendidikan dan kesehatan.
Terakhir mereka juga meminta kepada Presiden RI Prabowo Subianto dan seluruh jajarannya untuk mendengarkan tuntutan dari masyarakat.
“Laksanakan perubahan berbasis penyebab ketidakadilan dan terapkan perubahan struktur sosial, ekonomi, dan politik agar adil dan setara,” tuturnya.
“Mulai saat ini dan untuk masa depan anak-anak bangsa yang dikandung lbu Pertiwi, hentikanlah kerusakan sendi-sendi politik, hukum dan ekonomi demokrasi Indonesia,”katanya.
Demo bergelombang terjadi di Indonesia pada akhir Agustus lalu, salah satunya dipicu tunjangan perumahan DPR yang fantastis. Tuntutan pun makin berkembang setelah dalam demo 28 Agustus malam, mobil rantis Brimob yang mengamankan unjuk rasa melindas seorang pengemudi ojol, Affan Kurniawan di Jakarta.
Aksi demonstrasi pun pecah di sejumlah kota, termasuk kota-kota kecil dari ujung Indonesia barat hingga timur.
Pada 8 September lalu, dalam konferensi pers, Wakapolri Komjen Pol Dedi Prasetyo menyatakan jumlah orang yang ditangkap selama demonstrasi dengan tuduhan kericuhan di sejumlah wilayah di Indonesia sejak akhir Agustus 2025 mencapai total 5.444. Kemudian, per tanggal itu, lebih dari 4.800 sudah dipulangkan ke rumah masing-masing.
“Dari 5.444 yang diamankan, 4.800 di antaranya sudah dipulangkan, jadi tinggal 583 yang saat ini yang dalam proses,” kata Dedi.
Dedi menuturkan, ratusan orang yang masih ditahan sedang diperiksa intensif di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, dan Medan. Para demonstran yang masih ditahan itu sedang menjalani asesmen oleh penyidik.
(tfq/kid)
[Gambas:Video kalduikan]
Baca lagi: 21 houses in Batam were damaged by the tornado
Baca lagi: Ini Alasan Polisi Panggil Sherina Munaf
Baca lagi: VIDEO: Israel ‘Hujani’ Kota Gaza dengan Selebaran Perintah Evakuasi